Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN JIWA MENURUT IBNU SINA

Khoridatul Azizah

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ibnu Sina adalah tokoh yang dikenal berpengaruh bagi dunia Timur dan Barat (Avicenna). Keterlibatannya meliputi logika, fisika, metafisika, politik, manajemen rumah tangga, serta etika bahkan jiwa manusia atau psikologi. Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan ini saya menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu dengan memberikan gambaran yang jelas tentang ide-ide dan pemikiran yang dikembangkan Ibnu Sina tentang konsep pendidikan di samping berusaha untuk mencoba menganalisisnya serta membandingkan dengan konsep Pendidikan modern sekarang ini. Hasil penelitian ini menguraikan tentang jiwa manusia atau psikologi, konsep jiwa dalam pendidikan Islam hari ini menurut Ibnu Sina. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan pemikiran Ibnu Sina tentang konsep pendidikan dapat dilihat melalui tujuan, materi, metode, pendidik dan hukuman. Konsep tersebut masih sangat actual dan relevan untuk dikembangkan dan patut ditiru serta dikembangkan oleh praktisi pendidikan di zaman modern ini.

Kata Kunci: Ibnu Sina, Teori Jiwa, Pendidikan

Ibnu Sina memiliki nama lengkap Abu Ali Al-Husain ibn Abdullah ibn Al-Hasan ibn Ali ibn Sina Al-Hakim yang lahir pada tahun 370 H/980 M. Namun ada beberapa perbedaan pendapat para ulama mengenai tahun kelahiran Ibnu Sina, Al-Qibti dan Ibn Khalkan berpendapat kelahiran Ibnu Sina terjadi pada tahun 370 H/980 M, sedangkan Ibn Abi ‘Ushaibiah mengatakan pada tahun 375 H/985 M, ada juga yang mengemukakan kelahiran Ibnu Sina pada tahun 373 H/983 M, dan menurut Muhammad Uthman Nafati pada tahun 363 H/973 M.

Ibnu Sina masyhur dengan kepandaian yang luar biasa atau chil prodigy, dan pendidikan Ibnu Sina memiliki sifat ensiklopedik baik dari tata bahasa, geometri, kedokteran, fisika, dan teologi.Ia dikaruniahi kecerdasan yang sangat luar biasa dibuktikan dengan kemampuan menghafalkan Al-Qur’an dengan sempurna di usia 10 tahun. Selain mengenai ilmu Al-Qur’an, Ibnu Sina juga belajar dan menguasia ilmu logika, fisika, matematika, fiqih dan ilmu kedokteran, dikatakan juga bahwa Ibnu Sina pernah belajar kepada Abu Abdullah al-Natili dan Isma’il al-Zahid namun pada akhirnya kedua guru tersebut kuwalahan. Sedang di usia enam belas tahun Ibnu Sina dikenal sebagai dokter ahli dalam berbagai penyakit, dan ketika berusia delapan belas tahun ia mampu menguasai ilmu filsafat, matematika, logika, astronomi, musik, mistik, bahasa dan ilmu hukum Islam.

Di antara karya tulisnya yang terpenting adalah: 1) Al-Syifa, menjelaskan tentang filsafat. Karya ini merupakan titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam, yang berisi uraian tentang filsafat yang mencakup empat bagian, yaitu: ketuhanan, fisika, matematika, dan logika. Dalam kitab ini juga ditemukan beberapa pemikirannya tentang pendidikan. 2) Al-Najat, menjelaskan tentang ringkasan dari kitab al-Syifa. Karya tulis ini ditujukan buat orang terpelajar khususnya yang ingin mengetahui dasar-dasar ilmu hikmah secara lengkap, selain itu di dalam buku ini juga secara lengkap membahas tentang pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu jiwa. 3) Al-Qanun fi al-Thibb, berisikan ilmu kedokteran, yang terbagi menjadi lima kitab terdiri dari berbagai disiplin ilmu medis dan nama jenis-jenis penyakit. Buku ini merupakan iktisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini di timur. Ia juga terkenal sebagai dokter ahli jiwa dengan cara-cara modern yang kini disebut psikoterapi. 4) Al-Isyarat wa al-Tanbihat, kitab yang mengandung uraian tentang ilmu logika dan hikmah. 5) Al-Hikmah al-Masyriqiyah, kitab yang didalamnya membahas mengenai filsafat ketimuran yang lebih banyak menekankan pada penggunaan intuisi dalam mencapai pengetahuan. Karena intelektualitas yang dimiliki oleh Ibnu Sina, maka beliau diberi beberapa gelar diantaranya Al-Shaikh Al-Rais (The Leader Among Wisemen), Hujjat Al-Haqq (The Proof of God), dan bapak kedokteran Islam (Amir Al-Attibba’, The Prince of Physicians). Suatu predikat mulia bagi seorang intelektual profesional yang tidak mudah diberikan kepada siapapun karena eksistensinya yang sangat luar biasa.

Ibnu Sina merupakan salah satu filsuf muslim yang memadukan antara wahyu dan filsafat, namun sebagai filsuf muslim ia telah berhasil menampilkan pemikiran filosofis dengan coraknya tersendiri yang belum pernah ada dalam wacana para filosof Yunani sebelumnya, beberapa membahas tentang jiwa dan kebahagiaan. Ibnu Sina mempelajari konsep jiwa dengan sangat teliti, hal ini ditunjukkan dengan sumber ia meneliti dan mempelajari dari Al-Qur’an dan Hadist. Dari sekian banyak pemikiran-pemikiran Ibnu Sina, yang paling penting adalah pemikirannya tentang filsafat jiwa. Jiwa manusia sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat di bawah rembulan, memancar dari akal kesepuluh.

Pemikiran Ibnu Sina terkait bidang pendidikan, menunjukkan keagungan tokoh ini. Di dunia Barat sendiri pemikiran pendidikan yang menyangkut pendidikan anak baru diadakan menjelang abad ke-18. Sebelum itu, dunia pendidikan Barat masih menilai anak-anak merupakan orang dewasa dalam bentuk kecil. Mereka belum menyadari bahwa anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Karenanya, dalam konteks keilmuan pendidkan, Ibnu Sina tergolong filsuf yang ahli d bidang pendidikan. Dengan kata lain, beliau adalah salah seorang di antara ahli falsafah pendidikan yang banyak meninggalkan pengaruh pada pemikiran pendidikan, seperti juga pengaruh Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas dan lainnya.

Dasar dan fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan itu sendiri, yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan yang menjadikan tetap berdiri tegaknya bangunan itu. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Hal ini sebagaimana wahyu pertama yang diturunkan, surah al-Alaq [96]: 1-5

إِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّك الَّذِيْ خَلَقْ * خَلَقْ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ * إِقْرَأْ وَرَبُّك الْأَكْرَمُ * الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ * عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ *

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

Mengembangkan konsep jiwa dalam Pendidikan, pada dasarnya tida dapat dilasanakan secara cuma-cuma tanpa memperhatikan kondisi dan keadaan objek didk dan lingkungan. Untuk itu, dalam mengembangkan konsep jiwa terhadap pendidikan perlu memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan Pendidikan itu sendiri, seperti halnya tujuan, kurikulum, metode yang digunakan. Konsep jiwa dalam pendidikan tidak lepas dari kurikulum pendidkan yang dijalankan. Kurikulum yang dikembangkan Ibu Sina bersifat pragmatis. Pengembangan kurikulum pendidikan meletakkan pendidikan jiwa menjadi tumpuan, timbulnya kemauan, hasrat, dorongan untuk membaca, bergerak, belajar, mengkaji dari faktor instrinsik seharusnya menjadi perhatian para pendidik, sehingga ketika jiwa diolah, dibimbing dengan sebaik-baiknya, akan mampu mewujudkan gerak badan secara dinamis.

Semua aktivitas yang terjadi dalam proses pendidikan tidak bisa dipisahkan dari konsep atau teori pendidikan itu sendiri. Konsep dan teori merupakan ide pokok yang sentral terkait apa yang sebenarnya masalah yang dihadapi, apa yang harus diperbuat, serta bagaimana hal itu bisa terlaksana dalam aktivitas tersebut.

Leave a Comment