Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

PENDIDIKAN JIWA PERSPEKTIF IBN SINA

Nama lengkap Ibn Sina adalah JAbu A’li Al-Husain ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn A’li ibn Sina al-Hakim. kelahiran tahun 370 H/980 M di Afshanah, suatu wilayah yang tidak jauh dari Bukhārā beliau kemudian populer dengannama Avicenna, disebut-sebut sebagai filsuf sekaligus dokter, danjuga digelari al-Shaykh al- Ra’ī s.

 Demikian pula, ia dikenal sebagai Guru Ketiga sesudah Aristoteles dan al-Farabī, hingga salah satu sejarawan George Sarton mendaulatnya sebagai salah satu ilmuwan Islam terbesar dan paling populer di dunia.

Beberapa karya tulisnya adalah

  1. Lisan al-Arab (bidang bahasa)
  2. Hadiyatul Amir (tentang potensi manusia)
  3. Al-Syifa’ (tentang filsafat)
  4. Al-Najah (ikhtisar al-Syifa’)
  5. Al-Isyarat wa al-Tanbihat (tentang hikmah/filsafat)
  6. Risalah fi al-Siyasah (himpunan naskah)

Pemikirannya tentang psikologi terurai dalam tiga macam kekuatan jiwa:

  1. Nabatiyah, yang meliputi ghaziyah (makan) munmiyah (tumbuh), dan muwallidah (reproduksi)
  2. Hayawaniyah, yang meliputi muhrikah dengan dua bagian, yaitu: muhrikah fa’aliyah (daya dorong berbuat sesuai dengan keinginan), dan muhrikah ba’itsah (daya dorong untuk bergerak
  3. Insaniyah, yang meliputi akal praktis dan teoritis (lihat bagan!)

Pemikiran Pendidikan

  1. Memberi anak dengan nama yang baik.
  2. Anak lebih cepat terpengaruh oleh budi pekerti yang buruk.
  3. Mulailah mengajarkan anak dengan Alquran.
  4. Mengutamakan pembinaan akhlak.
  5. Pemdidikan sekolah memiliki banyak kelebihan dari pada pendidikan keluarga.
  6. Memperhatikan kecenderungan anak pada keterampilan dan kerajinan.
  7. Pembawaan anak mempengaruhi pendidikan.
  8. Tujuan pendidikan adalah kemandirian dalam mengemban beban hidup.
  9. Pendidikan dapat memberi ilmu untuk menjalani kehidupan.
  10. Pendidikan anak hendaknya menggunakan kurikulum yang sesuai. Bagi Ibn Sina, pendidikan anak dimulai dengan mengajar mereka untuk mempelajari Alquran, kemudian syair, qasidah (Puisi) untuk membentuk akhlak dan ilmu pengetahuan serta bertujuan untuk mempersiapkan anak-anak dari segi jasmani dan pemikiran mereka
  11. tugas ibu bapak atau guru adalah memberi penekanan kepada pendidikan agama kepada anak-anak, karena hal itu bertujuan untuk membentuk adab dan akhlak yang baik.
  12. hukuman kepada anak-anak patut diberikan apabila mereka melakukan kesalahan. Hal ini bertujuan untuk membentuk akhlak pribadi diri, mendidik disiplin, serta memberi kesadaran dalam diri mereka.

Ibn Sīnā juga menyatakan bahwa jiwa merupakan kesempurnaan awal bagi badan alami yang organis. Hal ini dapat dengan mudah dijelaskan dengan tiga hal, yaitu jiwa nabati, hewani,dan manusia. Dalam jiwa nabati kesempuranaan awal dilihat darikelahiran, tumbuh, dan makan. Untuk jiwa hewani, kesempurnaanawal dilihat dari segi pengetahuan terhadap hal-hal parsial (juz’ī )dan bergerak dengan irādah. Sedangkan dalam jiwa manusia,kesempurnaan awal dilihat dari segi mengetahui hal-hal yangmenyeluruh (kullī ).

            Namun, berkenaan dengan “kesempurnaan”, penafsiran Ibn Sīnā berbeda dengan Aristoteles. Ibn Sīnā menafsirkan “kesempurnaan” tidak dalam arti “sūrah” seperti asumsi Aristoteles, yaitu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari materi. Jika jiwa diartikan sebagai sūrah, maka badan akan hancur dengankematian. Menurutnya, tidak semua jiwa merupakan bentuk (sūrah)bagi badan, sebab jiwa rasional terpisah dari badan dan wujudnya tidak serta-merta terpatri dalam materi badan. Dalam hal ini, iamenganalogikan pada raja sebagai kesempurnaan atau kelengkapansebuah negara, tetapi bukan merupakan surah dari negara. Jadi,menurut Ibn Sīnā, jiwa sebagai kesempurnaan badan tidak sama.

Ibn Sīnā tampil sebagai salah satu ilmuwan besar Muslim yang memiliki konsep tersendiri tentang jiwa, yang dilihat dari sudut pandang Islam, dan berlawanan dengan apa yang menjadi kesimpulan sementara para ilmuwan Barat. Ibn Sīnā meyakini bahwa manusiadiciptakan memiliki unsur badan dan jiwa yang keduanyamerupakan satu kesatuan yang membentuk pribadi manusia. Jiwamerupakan organ ruhani manusia yang memiliki pengaruh danmemberikan instruksi kepada jasmani untuk melakukan suatutindakan. Jiwa disebutkan merupakan kesempurnaan awal yangmenjadikan manusia nyata, dan hakikat jiwa berbeda dengan badanserta wujudnya tak berbentuk. Dalam hal kekekalan jiwa, diyakinibahwa jiwa akan tetap ada (kekal) setelah badan hancur, dan jiwaakan mendapatkan kenikmatan dan kesengsaran di hari akhir sesuaidengan kadar iman, ilmu, dan amal.

Leave a Comment