Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

Memahami Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis

https://drive.google.com/file/d/1H1iV3rVCTS0BBLI0cQxxP_nS5aldBga1/view?usp=share_link

  1. Metode Pendidikan Islam

Metode pembelajaran adalah segmentasi krusial dari strategi pembelajaran. Metode memiliki fungsi sebagai cara penyajian, penguraian, pemberian contoh, dan latihan sehingga sasaran yang diinginkan bisa tercapai. Seorang pengajar bisa memilih metode instruksional yang sesuai, karena tidak semua metode itu cocok dengan sasaran yang ingin dituju. Sederhananya, metode pendidikan ialah upaya yang harus dijalankan dalam rangka mencapai target pendidikan yang telah dirumuskan. Menurut Armai, pendidikan adalah upaya memberikan bimbingan, pembinaan, penyadaran akan tanggung jawab intelektual hingga mencapai kedewasaan. Gaya dalam rangka mendidik siswa itulah yang disebut dengan metode pendidikan, Ungkap Tafsir. Metode pendidikan berfungsi untuk mentransfer ilmu atau mentransfer norma kehidupan. Tercapainya optimalisasi tujuan tersebut, bergantung pada upaya pendidikan memilih dan mengimplementasikan metode dalam kegiatan belajar mengajar.[1] Dengan demikian proses dan hasil belajar mengajar lebih berdaya guna dan peserta didik lebih termotivasi mengamalkan ilmunya serta gairah belajarnya semakin tinggi.[2]

Di sisi lain, menurut istilah para ahli menawarkan definisi metode yang berbeda, terutama ketika metode yang dikaitkan dengan kata pendidikan:

  1. Winarno Surakhmad (1998: 96) mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
  2. Abu Ahmadi (2005: 52) mendefinisikan bahwa metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur.
  3. Ramayulis (2009: 3) mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
  4. Omar Mohammad (1979: 553) mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, cirri-ciri perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.

Pendekatan merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis, maka seorang pendidik harus menggunakan teknik atau strategi, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.

  • Dasar Metode Pendidikan Islam

Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut permasalahan individual atau social peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk itu dalam menggunakan metode, seorang pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis. Pertama, dasar agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan Islam haruslah berdasarkan pada Agama. Sementara Agama Islam merujuk pada Alquran dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Alquran dan Hadits. Kedua, dasar biologis. Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik. Ketiga, dasar psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karenanya metode pendidikan Islam baru dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab dalam konsep Islam akal termasuk dalam tataran rohani. Keempat, dasar sosiologis. Saat pembelanjaran berlangsung ada interaksi antara pesrta didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.

Dari Keempat landasan tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, dan praktisi metode pendidikan Islam harus mempertimbangkan kondisi agama, biologis, psikologis, dan sosiologis siswanya dalam mencapai tujuannya.[3]

  • Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis

Kalau melihat beberapa prinsip pendidikan Islam yang tergambar di dalam ajaran Islam yaitu al-Qur’an dan Hadits, maka dapat ditarik banyak metode pendidikan yang tidak bertentangan dengan metode-metode yang diciptakan para ahli pendidikan saat ini, sebagai berikut.[4]

  1. Metode Perbandingan (konprehensif)

Metode perbandingan adalah sebuah metode pengajaran atau pendidikan dengan cara membuat dua perbandingan antara dua hal yang berbeda dengan tujuan agar materi yang diberikan lebih mudah dipahami, salah satu contoh hadits Rasulullah SAW. Yang berhubungan dengan metode ini adalah:

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يَرْجِعُ وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ

Menceritakan kepada kami yahya bin sa‟id, menceritakan kepada kami isma‟il, menceritakan kepada kami qois, ia berkata;

“Ia mendengar Rasulullah SAW. Bersabda, demi Allah ! tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seseorang yang menaruh jarinya ini, Beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya”. (HR. Bukhari).

  • Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah sebuah pembelajaran dengan melakukan beberapa percobaan dengan cara meneliti dan mengamati secara seksama. Pada prakteknya Rasulullah SAW. Juga menggunakan metode eksperimen meskipun dalam kontens hadits tersebut sepintas hanya bersifat menyetujui, akan tetapi Rasulullah secara eksplisit mengunakan metode tersebut seperti apa yang tergambar dalam sebuah hadits di bawah ini:

حَدَثَنَا قُتَيْبَةِ بْن سَعِيْد اَلْثَقَفِيْ وَ أَبُو كَامِلْ اَلْجَحْدَرِيْ- وَتَقَارَبَ فِيْ اللَفْظِ. وَهَذَا حَدِيْثُ قُتَيْبَة قَالَ، “حَدَثَنَا أَبُواعَوَانَةْ، عَنْ سِمَاكْ، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ،”مَرَرْتُ مَحَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِقَوْمٍ عَلَى الرَؤْسِ النَّخْلِ. فَقَالَ،”مَايَصْنَحُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالُوْا،”يَلْقِحُوْنَهُ، يَجْعَلُوْنَ الذَ كَرَفِيْ اْلأُنْثَى، فَتَلَقَحْ. “فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم،”مَا أَظُنُّ يَعْنِي ذَلِكَ شَيْئَ”. قَالَ،”فَأَخْبَرُوْا بِذَ لِكَ فَتَرَكُوْهُ، فَأَخْبَرَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم بِذَ لِكَ فَقَالَ، “إِنْ كَانَ يُنْفَعُهُمْ ذَلِكَ فَلْيَصْنَعُوهُ، فَإِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنَّا، فَلَا تَؤَاخِذُونِي بِالظَنِّ، وَلَكِنْ إِذَاحَدَثْتَكُمْ عَنِ اللهُ شَيْئًا فَخُذُوْابِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ أُكَذِّبَ عَلَى اللهِ.” (رواه مسلم)

Menceritakan kepada kami Hutaibah bin Sa‟id atsaqofi dan Abu kamil al-Jahdari pada satu lafadz, Qutaibah berkata, menceritakan kepada kami Abu awanah dari Sima dari Musa bin Thalhah dari ayahnya katanya, “Aku berjalan bersama-sama Rasulullah saw. Kemudian ditengah jalan kami bertemu dengan sekelompok orang yang sedang berada di atas pohon korma, Beliau bertanya: apa yang sedang kau perbuat? jawab mereka, kami sedang mencangkok. Kemudian Beliau bersabda, menurut dugaanku pekerjaan itu tidak ada gunanya, lalu mereka menghentikan pekerjaan mereka. Tetapi kemudian Rasul mendapat khabar bahwa pekerjaan itu mendatangkan kebaikan.


[1] Qowim, “Metode Pendidikan Islam Perspektif Al-Qur’an,” 41.

[2] Rinjani, “REWARD AND PUNISHMENT METHODS IN ISLAMIC EDUCATION PERSPECTIVE OF BUKHARI AND MUSLIM HADITH,” 189.

[3] Zam Zam, “Metode Pendidikan Islam Perspektif Hadis Rasulallah saw.,” 71.

[4] Asy’ari, “METODE PENDIDIKAN ISLAM,” 199.

Leave a Comment