Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

Konsep Manusia Dalam Pendidikan Islam Menurut Syed Naquib Al Attas

Sayyid Muhammad Naqib Al-Attas berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai hubungan erat dengan adab. Kekeliruan dan kebingungan mengenail Ilmu pengetahuan sebagaimna telah dikemukakan diatas akan menciptkan ketiadaan dan kerusakan adab dimasyarakat.

Al-Attas lahir di Bogor 5 September 1931 dari keluarga ulama habaib dengan tradisi tariqah Ba’alawi yang kuat. Kekeknya, Habib T.TH Abdullah bin Muhsin bin Muhammad al-Attas adalah ulama besar di Bogor. Masyhur dengan panggilan “Habib Empang  Bogor”, terkenal sebagai seorang waliyullah tidak hanya di Indonesia tetapi juga di Timur Tengah, khususnya negeri Hadramaut Yaman. Neneknya seorang wanita keturunan Turki yang pernah menjadi istri Ungku Abdul Majid, adik Sultan Johor Malaysia, Syed Abu Bakar.

Al-Attas mempelajari bahasa Arab, kitab-kitab turats dan dasar-dasar Keilmuan Islam di madrasah ini. Pada tahun 1946 al-Attas kembali ke Johor Malaysia untuk menempuh pendidikan formalnya di Bukit Zahra School kemudian berlanjut di English School tahun 1946-1951. Selama di Johor Malaysia ini al-Attas tinggal bersama Ungku Abdul Aziz bin Ungku Abdul Majid, anak saudara Sultan yang pernah menjadi Menteri Besar Johor Modern.

Menurut Al-Attas, Manusia merupakan makhluk yang terdiri atas dua unsur: jasad dan ruh. Oleh karenanya, ia tidak dapat di katakan sebagai makhluk ruh murni dan jasad murni, tetapi makhluk penggabungan kedua ini yang disebut dengan entitas ketiga, yaitu jati diri manusia.

Dalam Pandangan al-Attas, jati diri manusia secara kuat ditentukan oleh ruhnya. Oleh karenanya, ruh manusia itu tidak tidak akan mati dan selalu sadar akan dirinya. Bahkan, ia memiliki beberapa sebutan yang tergantung pada kecendrungannya, yakni ruh (ruh), jiwa (nafs), hati (qalb), dan intelek (‘aql). Manusia merupakan “binatang rasional”. Karena rasionalitas itulah yang menentukan batasan manusia itu dapat dikatakan manusia. karenanya kita harus memiliki beberapa gagasan tentang arti “rasional”, dan rasional mengacu pada “nalar”.

Manusia diberi pengetahuan untuk mengenal Allah (ma’rifah), keesaan-Nya yang Mutlak; bahwa Allah adalah Tuhannya (rabb) yang sejati dan Dialah yang patut kita sembah. Letak pengetahuan ini pada manusia, al-‘ilm dan ma’rifah kedua-duanya, adalah ruh atau jiwanya (al-nafs) dan hatinya (al-qalb, kalbu) dan akalnya (al-‘aql). Karena manusia mengetui (‘arafa) Allah dalam keesaan-Nya yang mutlak sebagai Tuhannya yang sejati, maka kenyataan pengetahuan sedemikian itu mempunyai konsekuwensi telah mengikat manusia dalam satu perjanjian yang menentukan maksud, sikap dan perbuatannya dalam hubungan dengan dirinya dan dengan Allah sebagai penciptanya.

Dalam konsepsi Islam yang dikembangkan al-Attas, pada awalnya manusia itu “berutang” akan janji kesadaran dirinya terhadap Allah. Peristiwa hutang ini terjadi ketika manusia belum diberi jasad dan masih berada dalam bagian kesadaran Tuhan, sehingga ilmu pengetahuan harus dipergunakan untuk mengetahui dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini memberikan dasar kesadaran kepada manusia untuk beragama, di samping manusia itu memiliki hutang akan kesadaran ini, oleh karenanya, kondisi keberhutangan ini menghindari manusia untuk memiliki angapan diri, kehidupan, dan tubuhnya sebagai miliknya yang dapat dipakai semaunya. Bahkan terhadap ilmu pengetahuanpun dianggap sebagai hutang kepada Tuhan, sehingga ilmu pengetahuan harus dipergunakan untuK mengetahui dan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas pendidikan adalah suatu proses penanaman pengenalan dan pengakuan ke dalam diri manusia dalam rangka membimbing manusia kepada pengenalan dan pengakuan akan kedudukan Tuhan. Artinya di sini Syed Muhammad Naquib al-Attas memaknai konsep pendidikan secara substantif mengarahkan manusia untuk mengakui akan Tuhannya. Dengan demikian pendidikan yang baik adalah pendidikan yang seharusnya menjadikan manusia kembali kepada Tuhannya dalam segala aktivitas kehidupannya.

Konsep kunci dalam pendidikan, menurut al-Attas adalah ta’dib. Kata ta’dib  yang berakar dari kata adab berarti pembinaan yang khas berlaku pada manusia. Adab ialah disiplin tubuh, jiwa dan ruh, disiplin yang menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan rohaniah; pengenalan danpengakuan akan kenyataan bahwa ilmu dan wujud ditata secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkat (maratib) dan derajatnya (darajat). Alasan al-Attas cenderung lebih memakai ta’dib daripada istilah tarbiyah maupun ta’lim adalah karena adab berkaitan erat dengan ilmu. Ilmu tidak bisa diajarkan dan ditularkan kepada anak didik kecuali orang tersebut memiliki adab yang tepat terhadap ilmu pengetahuan dan berbagai bidang. unsur-unsur esensial dalam sistem pendidikan.

Syed Muhammad Naquib al-Attas memaknai konsep pendidikan secara substantif mengarahkan manusia untuk mengakui akan Tuhannya. Dengan demikian pendidikan yang baik adalah pendidikan yang seharusnya menjadikan manusia kembali kepada Tuhannya dalam segala aktivitas kehidupannya. Tujuan pendidikan Islam menurut al-Attas adalah menciptakan manusia-manusia yang baik yang menyembah Tuhan dengan sebenar-benarnya, membangun struktur kehidupan dunianya sesuai dengan hukum Islam demi terwujudnya Iman. Konsep kunci dalam pendidikan, menurut al-Attas adalah ta’dib. konsep ta’dīb adalah konsep pendidikan yang bertujuan menghasilkan individu beradab, yang mampu melihat segala persoalan dengan teropong worldview Islam.

One thought on “Konsep Manusia Dalam Pendidikan Islam Menurut Syed Naquib Al Attas”
Leave a Comment