KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IBNU KHALDUN
Muhammad Rois
Abstrak
Kurikulum adalah ide program yang direncanakan dilaksanakan dan dievaluasi untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan sasaran. Tujuan pendidikan akan dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran. Dalam menyusun suatu kurikulum, hal itu perlu memiliki konsep yang berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan dan melaksanakan kurikulum yang direncanakan. Pada artikel ini, penulis menjelaskan tentang konsep kurikulum salah satu tokoh Islam Ibnu Khaldun. Ibnu Khladun adalah salah satu tokoh pembaharu dalam Islam pendidikan. Pemikirannya tentang pendidikan tertuang dalam bukunya, alMuqaddimah. Konsep pendidikan dalam pemikiran Ibnu Khaldun meliputi sumber daya manusia, perumusan tujuan pendidikan, aspek pendidikan manusia seutuhnya dan pendidikan tentang moralitas. Dia diharapkan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi yang baik antara peserta didik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan sasaran.
Kata kunci: Pendidikan Islam, Kurikulum, Ibnu Khaldun
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abd al-Rahman bin Muhammad bin Mohammad bin Hasan bin Jabar bin Mohammad bin Ibrahim bin Abd ar-Rahman bin Khaldun. Ia lahir di Tunisia, Afrika Utara, pada tahun 732 H atau 1332 M, kepada keluarga pendatang dari Andalusia, Spanyol Selatan,yang pindah ke Tunisia pada pertengahan abad VII H. Asal dari keluarga Ibnu Khaldun yang sebenarnya berasal dari Hadramaut, selatan Yaman. Namanya Ibnu Khaldun diambil dari nama anak kesembilannya kakeknya, Khalid bin Utsman. Kakek ini adalah pendatang pertama keluarga di Andalusia. Sebagai anggota penaklukan Arab atas wilayah selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih terkenal dengan julukan tersebut Khaldun menurut adat istiadat yang berlaku bagi penduduk Andalusia dan Afrika Barat Laut saat itu, yaitu penambahan akhir nama dengan “un” sebagai pernyataan penghargaan kepada keluarga pembawa, sehingga Khalid menjadi Khaldun. Dan pada akhirnya, Ibnu Khaldun, meninggal dunia di Kairo, Mesir. Pada 25 Ramadhan 808 H atau 19 Maret 1406 M. Ibnu Khaldun wafat dalam usia 74 tahun di Mesir. Jenazahnya dimakamkan di pemakaman sufi di luar Bab alNashir, Kairo.
Ibnu Khaldun, seorang filosof sejarah yang berbakat dan terhebat sarjana pada masanya, adalah salah satu pemikir terkemuka yang pernah lahir. Sebagai seorang filosof muslim, pemikiran-pemikiran Ibnu Khaldun sangat rasional dan berpegang pada banyak logika. Hal ini sangat mungkin karena Ibnu Khaldun belajar filsafat pada masa mudanya. Banyak dari Pemikiran para filosof terdahulu telah mempengaruhi filosofinya Karakter yang paling dominan mempengaruhi pemikiran filosofis Ibnu Khaldun adalah al-Ghazali dalam masalah logika Karena hasil pemikiran logis tidak dapat diandalkan. Sedangkan Ibnu Khaldun tetap mengapresiasi sebagai metode yang dapat melatih seseorang untuk berpikir secara sistematis.
Sementara itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Ibnu Khaldun adalah dipengaruhi oleh Ibnu Rusyd (1126-1198 M). Dalam hubungan antara filsafat dan agama. Menurut Watt, ada kesan bahwa pemikiran Ibnu Khaldun merupakan kelanjutan dari pemikiran Ibnu Rusyd dalam hal ini. Namun, di sisi lain, Ibnu Khaldun juga demikian berbeda dengan Ibnu Rusyd dalam hal mengkritik filsafat, khususnya dalam metafisika. Bahkan karena kritik tajam dari Ibnu Khaldun terhadap filsafat, banyak orang mengatakan bahwa Ibnu Khaldun menentang filsafat, padahal Ibnu Khaldun sendiri adalah seorang filosof.
Sebagai ilmuwan, Ibnu Khaldun berhasil membuat pemikiran sintetik antara aliran Rasionalisme dengan aliran Empirisme, antara deduksi dan induksi. Kombinasi dari dua aliran ini pemikiran itulah yang sekarang disebut metode ilmiah. Jadi, gaya Ibnu pemikiran Khaldun bisa dikatakan sangat “Modern” pada masanya. Berbeda dengan posisinya sebagai filosof dan ilmuwan, Ibnu Pemikiran Khaldun dalam bidang agama sangat religius. Bahkan menurut Fuad Baali dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun memiliki sifat yang sangat kuat kecenderungan pemikiran, karena telah dipengaruhi oleh ajaran sufi. Ini dibuktikan dengan posisi sebelumnya yang Dia lakukan sebagai Yang Mahatinggi Hakim Mazhab Maliki di Mesir beberapa kali. Ibnu Khaldun adalah seorang pemikir yang memegang teguh ajaran Islam. Hampir setiap bagian dari al-Muqaddimah selalu diselingi dengan nama Allah dan ayat-ayat Al-Qur’an yang berada di bawah diskusi. Di akhir setiap bab, sering kali diakhiri dengan ayat-ayat dari Alquran, baik pendek maupun panjang.
Pendidikan anak menurut Ibnu Khaldun tidak bisa dipisahkan dari dasar pendidikan Islam. pendidikan Islam berlandaskan aturan hukum dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Athiyah al-Abrasyi ditegaskan bahwa dasar pendidikan Islam adalah al-Qur’an dan al-Hadits, yaitu bahwa pendidikan Islam dibangun atau dilandasi hukum tertulis.
Muhammad Kosim merumuskan tujuan pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun dari tiga sudut pandang, yaitu: (a) Dari aspek kepribadiannya, pendidikan Islam bertujuan untuk mengembangkan fisik dan potensi spiritual (akal, nafs, dan ruh) secara optimal sehingga keberadaan manusia menjadi sempurna. (b) Dari segi sifat, seperti makhluk sosial, pendidikan Islam bertujuan untuk mendidik manusia agar mampu hidup dalam masyarakat dengan baik sehingga dengan pengetahuan dan kemampuannya, mereka mampu membangun masyarakat madani yang maju. (c) Dari segi fungsinya dan peran, sebagai hamba Allah dan Khalifah-Nya di muka bumi, pendidikan Islam bertujuan untuk mendidik masyarakat agar mampu melakukan kegiatan yang memiliki nilai ibadah serta untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai Khalifah di bumi dalam menjaga alam semesta ini.
Berkaitan dengan kurikulum, Ibnu Khaldun mencoba membandingkan kurikulum yang berlaku pada masanya, yaitu kurikulum pada tingkat rendah yang terjadi di barat dan negara-negara Islam timur dan dapat dianggap diskusi ini sesuai ke peristiwa aktual. Ibnu Khaldun memilih metode yang digunakan oleh pendidikan Andalusia (Barat). dan metode yang dikemukakan oleh Qadli Abu Bakar Ibn Araby yang beliau dianggap sangat baik. mereka mengajarkan Al-Qur’an dan kitab baik dalam pengajaran, tetapi mengingat bahwa Al-Qur’an adalah dasar pengajaran dan prinsip-prinsipnya serta sumber agama dan pengetahuan, mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pengajaran, sehingga mereka tidak melakukannya meringkasnya dengan Al-Qur’an saja tetapi dicampur dengan sejarah syi’ir, surat menyurat, dan memberikan kaidah bahasa Arab dan hafalannya, serta pelajaran tajwid, dan khot (tulisan arab dengan tulisan yang bagus).
Konsep kurikulum pendidikan Ibnu Khaldun dapat dilihat dari konsep epistemologi. Menurutnya, ilmu pengetahuan di Kebudayaan Islam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Ilmu syar’iyyah (Al-Qur’an, Hadits, prinsip-prinsip syariah, fikih, teologi dan tasawuf) dan Ilmu Filsafat. Konsepsi inilah yang kemudian menjadi pilar dalam merekonstruksi kurikulum pendidikan Islam yang ideal, yaitu kurikulum pendidikan yang mampu mengantarkan peserta didik yang memiliki kemampuan untuk membentuk dan membangun peradaban manusia.
Metode pengajaran yang ditawarkan oleh Ibnu Khaldun meliputi: enam metode, yaitu Metode pembiasaan; metode tadrij (bertahap); Metode pengenalan umum (generalistik); Metode kontinuitas; Memperhatikan bakat dan kemampuan siswa; Hindari kekerasan dalam pengajaran, saat ini justru mendapat perhatian praktisi pendidikan.
Pendapat lain dari Ibnu Khaldun tentang metode anak-anak pendidikan adalah bahwa antara pelajaran pertama dan pelajaran kedua, jangan terlalu lama. Hal ini dikemukakan oleh Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimahnya, yaitu “Demikian pula yang dianjurkan oleh Ibnu Khaldun adalah tidak memperpanjang atau penundaan bagi siswa pada satu pelajaran dengan memisahkan majlis atau memotong atau memotong pelajaran satu sama lain, karena itu akan mendorong atau menyebabkan melupakan atau memecahkan masalah belajar menjadi dua dengan setengah, begitulah adanya sulit untuk menghasilkan keterampilan atau kemampuan. Jika pada awal pengetahuan dan pada akhirnya pemikiran terjadi, maka keterampilan dan keahlian lebih mudah dihasilkan dan lebih erat kaitannya, karena keterampilan ini hanya dihasilkan oleh kerja terus menerus dan berulang-ulang, jika pikiran dilupakan maka keterampilan yang tumbuh akan dilupakan.