Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam

Aliran humanisme merupakan rekonstruksionalisme atau perkembangan dari aliran progesivisme. Aliran humanisme merupakan bentuk refleksi timbal balik antara kepentingan individu dengan masyarakat. Aliran humanisme muncul pada pertengahan abad ke-19 (ada juga yang mengatakan pertengahan abad ke-20). Istilah humanisme pertama kali diciptakan pada tahun 1808 dengan menggunakan bahasa Jerman yang lebih dikenal dengan humanimus, kemudian kata humanisme mulai muncul di inggris dengan kata humanism yang pertama kali dicatat oleh Samuel Coleridge Taylor. Selanjutnya pada tahun 1832, penggunaan kata humanisme pertama kali dipakai dalam aspek kebudayaan. Ada dua aliran yang berpengaruh dalam penafsiran humanisme. Pertama, humanisme dilihat sebagai suatu gerakan yang lebih memperhatikan ilmu-ilmu yang mempelajari karya-karya lama dan filologi. Kedua, humanisme dianggap sebagai pemikiran baru dari renaisans.

Sementara dari sisi aliran filsafat, humanisme diartikan sebagai paham yang menjunjung tinggi nilai dan martabat manusia. Hal ini juga diungkapkan oleh Lorens Bagus dalam kamus filsafatnya bahwa humanisme sebagai filsafat, yaitu memandang individu sebagai makhluk tertinggi, memandang individu mempunyai nilai tertinggi, dan ditujukan untuk membangun kreativitas serta moral individu secara bermakna dan rasional tanpa merujuk pada konsep-konsep liberal.

Hakekat manusia sendiri dilihat dari sisi filsafat, maka tekanannya pada akal manusia (fungsi berpikir bagi manusia). Sehingga dapat menimbulkan ide tentang dampak kemanusiaan yang luas, terlebih di bidang pendidikan, dimana pemahaman nilai-nilai kemanusiaan akan sangat mempengaruhi proses pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan memusatkan perhatian pada individu dan masyarakat. Mengingat masyarakat selalu berubah dan berkembang, maka nilai-nilai yang dianggap baik dan buruk bagi individu juga mengalami perubahan dan perkembangan. Jika nilai-nilai tersebut dipandang baik, maka sifat-sifat manusia juga dipandang baik, dan sebaliknya.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa humanisme merupakan aliran filsafat yang menempatkan manusia sebagai objek penting dengan memberikan kebebasan agar dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki, mengingat kembali eksistensi manusia, kedudukan serta tanggung jawab dalam kehidupannya.

Selanjutnya, konsep humanisme dalam Islam dapat dilihat dari banyaknya ayat-ayat Alquran yang menganjurkan berbuat baik kepada sesama manusia. Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surah al-Nahl ayat 90 berikut:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (90)

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan permusuhan. Allah memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa ada tiga perintah Allah yang wajib dilakukan oleh manusia, yakni: berbuat adil, melakukan kebajikan, memberikan apapun yang dibutuhkan oleh kerabat. Selain itu, ada juga tiga larangan Allah untuk manusia yaitu berbuat keji, kemungkaran, dan penganiayaan. Tiga perintah dan tiga larangan itu merupakan pondasi kemanusiaan (konsep humanisme). sikap adil adalah prinsip dasar dalam kemanusiaan. Keadilan ada karena masalah hak dan kewajiban. Sebab dengan tegaknya keadilan, maka hak seseorang sekecil apapun tidak ada yang dirampas atau dihilangkan, dan kewajiban itu harus terlaksana dengan adil juga. Humanisme dalam Islam adalah humanisme yang bersifat teosentrik, berarti sebuah konsep humanisme terletak pada segala aspek keIslaman yang dipusatkan pada keimanan seseorang kepada Allah, namun juga mengarahkan semua kerja kerasnya pada peradaban manusia.

Apabila dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka humanisme merujuk pada adanya unsur memanusiakan manusia dan semangat untuk mengembangkan semua potensi manusia yang sempurna. Dalam mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang humanistik pada pendidikan Islam, guru berperan sebagai fasilitator dengan beberapa indikator sebagai berikut: Pertama, merespon perasaan siswa. Kedua, menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang telah dirancang. Ketiga, berdialog dan berdiskusi dengan murid. Keempat, menghargai siswa. Kelima, menyesuaikan antara perilaku dan perbuatan. Keenam, menyesuaikan isi kerangka berpikir murid. Ketujuh, tersenyum pada murid dan tidak mudah terbawa emosi. Ketujuh hal ini menjadi modal dasar bagi murid untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang siap beradaptasi, menghadapi banyak kemungkinan, dan memasuki kehidupan yang penuh tantangan dan persaingan. Inilah esensi aliran humanisme dalam implementasi model pendidikan Islam.

Pemikiran Humanisme
One thought on “Humanisme dalam Perspektif Pendidikan Islam”
Leave a Comment