Arassegaf Corner

ArabicEnglishIndonesian

Bertanya Dan Menghargai Perbedaan Ketika Belajar Dalam Perspektif Hadits

https://drive.google.com/file/d/14te_NLCwCHhj8F8BHJz-Ok164zbVhEy3/view?usp=share_link

A.    Bertanya dan Menghargai Perbedaan

أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ مَنْصُورٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرِ بْنُ نُفَيْلٍ قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَعْقِلِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ أَقْرَأَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُورَةً فَبَيْنَا أَنَا فِي الْمَسْجِدِ جَالِسٌ إِذْ سَمِعْتُ رَجُلًا يَقْرَؤُهَا يُخَالِفُ قِرَاءَتِي فَقُلْتُ لَهُ مَنْ عَلَّمَكَ هَذِهِ السُّورَةَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ لَا تُفَارِقْنِي حَتَّى نَأْتِيَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ هَذَا خَالَفَ قِرَاءَتِي فِي السُّورَةِ الَّتِي عَلَّمْتَنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَأْ يَا أُبَيُّ فَقَرَأْتُهَا فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنْتَ ثُمَّ قَالَ لِلرَّجُلِ اقْرَأْ فَقَرَأَ فَخَالَفَ قِرَاءَتِي فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنْتَ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أُبَيُّ إِنَّهُ أُنْزِلَ الْقُرْآنُ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ كُلُّهُنَّ شَافٍ كَافٍ قَالَ أَبُو عَبْد الرَّحْمَنِ مَعْقِلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ لَيْسَ بِذَلِكَ الْقَوِيِّ (رواه النسائي)

Artinya: “Telah mengabarkan kepadaku Amr bin Manshur dia berkata; Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far bin Nufail dia berkata; Saya telah membacakan kepada Ma’qil bin Ubaidullah dari Ikrimah bin Khalid dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka’ab dia berkata; “Rasulullah SAW pernah membacakan suatu surat kepadaku, dan tatkala aku sedang duduk di masjid tiba-tiba aku mendengar seorang lelaki membaca dengan bacaan yang berbeda dengan bacaanku, maka aku bertanya kepadanya, Siapa yang mengajari bacaan surat ini? ia menjawab, “Rasulullah SAW”. Aku lalu berkata: “Jangan pergi dariku hingga kita datang kepada Rasulullah SAW”. Lalu aku mendatangi Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah, orang ini membaca sebuah surat dengan bacaan yang berbeda dengan bacaan yang engkau ajarkan kepadaku”. Kemudian beliau bersabda: “Wahai Ubay, bacalah”. Lalu akupun membacanya. Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Bacaanmu baik”. Kemudian beliau bersabda kepada laki-laki tersebut, “Bacalah”. Ia pun membacanya dan beliau bersabda kepada laki-laki tersebut, “Bacaanmu baik”. Lalu beliau bersabda; “Wahai Ubay, al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf (dialek), dan semuanya benar dan mencukupi.” Abu Abdurrahman berkata: “Ma’qil bin Ubaidullah orangnya lemah.”(HR. Nasa’i)

Penjelasan (Syarah Hadits):

Suatu ketika Ubay duduk di Masjid mendengar bacaan seorang sahabat yang berbeda bacaannya pada ayat dan surat yang sama. Lantas terjadi dialog dan diskusi antara dua orang sahabat tersebut. Ubay bertanya “Siapa yang mengajarkan engkau surat ini?” Orang itu menjawab “Rasulullah” lalu Ubay berkata “Kita harus datang kepada Rasulullah untuk mendiskusikan hal ini.” Kemudian mereka berdua menghadap Rasulullah SAW untuk mempertanyakan peristiwa tersebut. Ya Rasulullah! Orang ini berbeda bacaannya dengan bacaanku pada surat yang engkau ajarkan. Lalu keduanya disuruh membaca oleh Rasulullah dan Rasulullah memuji bacaan keduanya.

B.     Bertanya

1.         Definisi Betanya

Bertanya merupakan ucapan verbal yang ditujukan untuk meminta respon dari seseorang. Respon yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Bertanya adalah setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu baru di dalam diri siswa. Siswa yang aktif dalam bertanya di dalam proses pembelajaran  diharapkan mempunyai kompetensi  untuk  mengembangkan  rasa  ingin  tahu  dan  kemampuan  dalam  merumuskan  pertanyaan  yang membentuk  pemikiran  mereka  menjadi  lebih  kritis. Siswa dapat bertanya tidak hanya dengan guru maupun temannya, siswa dapat bertanya dengan orang lain untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertanya merupakan proses mencari informasi agar memahami suatu.

2.         Hadits Tentang Betanya

Hadits tentang perintah bertanya terkait suatu hal yang belum diketahui kepada orang yang berilmu dapat dilihat di bawah ini.

حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ وَعَبْدَةُ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ و حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ وَمَالِكُ بْنُ أَنَسٍ وَحَفْصُ بْنُ مَيْسَرَةَ وَشُعَيْبُ بْنُ إِسْحَقَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمُ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ فَإِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّو (رواه ابن ماجه)

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib ia berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dan ‘Abdah dan Abu Mu’awiyah dan Abdullah bin Numair dan Muhammad bin Bisyr. Dan menurut jalur yang lain; telah menceritakan kepada kami Suwaid bin Sa’id ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ali bin Mushir dan Malik bin Anas dan Hafsh bin Maisarah dan Syu’aib bin Ishaq dari Hisyam bin Urwah dari Bapaknya dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu begitu saja dari diri manusia. Akan tetapi mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama. Apabila tidak tersisa sama sekali seorang Alim, manusia akan mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh, tatkala mereka ditanya maka mereka akan berfatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR Ibnu Majah)

Penjelasan (Syarah Hadits):

Hadits di atas menjelaskan tentang pentingnya bertanya kepada orang ahli ilmu. Hilangnya sebuah ilmu ditandai dengan wafatnya para ulama. Jika seseorang bertanya kepada orang yang bukan ahlinya dan tidak berilmu, maka akan menimbulkan kesesatan.

C.    Menghargai Perbedaan

1.         Definisi Menghargai Perbedaan (Toleransi)

Toleransi berarti bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pendapat, pandangan dan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi merupakan sikap untuk memberikan hak sepenuhnya kepada orang lain agar menyampaikan pendapatnya, sekalipun pendapatnya salah dan berbeda. Toleransi adalah sikap saling menghargai setiap perbedaan individu dengan tujuan untuk menciptakan persaudaraan yang baik antar sesama manusia. Sedangkan perbedaan merupakan sebuah keniscayaan dalam kehidupan manusia. Manusia secara alamiah berbeda dari segi bahasa, tabi’at, warna kulit, dan kebudayaan atau peradaban yang membentuknya. Maka tidak diragukan bahwa manusia akan berbeda pula dalam aspek cara berpikir dan pengetahuannya. Dengan demikian, toleransi perbedaan merupakan sikap menghargai keniscayaan, pendapat, pandangan,  dan cara berpikir atau sesuatu yang melekat pada setiap individu untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam hidup. 

2.         Hadits Tentang Menghargai Perbedaan (Toleransi)

Hadits yang memerintahkan umat Islam untuk menghargai perbedaan atau berperilaku toleran dapat dilihat di bawah ini.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ (رواه بخاري)

Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah SAW: “’Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.” (HR Imam Bukhari).

Penjelasan (Syarah Hadits):

Makna agama toleran disini adalah agama Islam mengajarkan kebebasan menganut paham yang sesuai dengan keyakinannya. Paham merupakan hasil ijtihad dan ini tidak boleh dipaksakan, karena paham yang dianut adalah paham yang menurut akal dan keyakinannya benar. Seseorang tidak akan mematuhi ajaran yang tidak ia yakini kebenarannya. Adapun persoalan benar atau salah diserahkan sepenuhnya kepada otoritas Allah yang Maha Mengetahui.

One thought on “Bertanya Dan Menghargai Perbedaan Ketika Belajar Dalam Perspektif Hadits”
Leave a Comment